Mural adalah sebentuk ekspresi seni rupa. Seni mural sendiri adalah seni sebuah lukisan yang ditorehkan di dinding, langit-langit, atau panel yang melekat pada dinding. Mural berasala dari bahasa latin yaitu murus yang berarti dinding. Sedangkan dalam pengertian kontemporer mural diartikan sebagai lukisan yang besar yang dibuat pad a dinding (interior maupun eksterior), langit-langit maupun bidang datar lainnya. Teknik pembuatan mural juga beragam mulai dari teknik melukis yang menggunakan cat dan kuas bias juga dengan teknik mosaic atau fresco. Namun jangan sampai salah mengartikan mural dnegan seni graffiti. Graffiti memiliki teknik cat semprot atau sering kita sebut spray-can art. Disini graffiti memiliki visual yang dihasilkan berupa seni rangkaian huruf. Bias juga terdiri dari campuran gambar dan kata, ataupun hany sebuah kata yang dibentuk menjadi visual yang artistic. Jadi sangat berbeda dengan mural bukan? Mural biasanya memiliki visual utuh dan diawali dengan desain yang matang tidak seperti graffiti yang memang biasanya dijadikan pilihan bagi sekelompok orang yang ingin menorehkan identitas atau pikirannya di ruang-ruang public kota.
Mural di Indonesia
Sebenarnya di Indonesia mural sudah muncul sejak masa awal kemerdekaan. Banyak sekali mural dibuat dengan tema nasionalisme tentu saja tujuannya adalah membakar semangat rakyat untuk berjuang. Contohnya Seniman Hariadi yang emmbaut mural di museum nasional, dan Soedjoyono yang membuat mural di kemayoran. Mural memang jarang sekali disinggung dalam diskursus senirupa karena memang keberadaanya di Indonesia tidak sepopuler lukisan, patung atau grafis. Mural mulai muncul kembali di tahun 2000an dan kemunculannya mulai disebut-sebut media dan public senirupa meskipun terbatas di kota-kota yang marak dengan senirupa seperti Yogjakarta, Bandung dan juga Jakarta.
Di Yogjakarta seni mural menjadi fenomena ketika kelompok seni bernama Apotik Komik yang digagas oleh Samuel Indratma membuat mural project di tahun 2002. sejak itulah mural kembali booming di masyarakat terutama di Yogjakarta. Dapat dipastikan di setiap kampong membuat mural sendiri. Seiring perkembangan waktu banyak komunitas yang mulai membuat mural sendiri. Karena pada tahun 2004 Apotik Komik berhenti atau tidka lagi berjalan. Samuel Indratma kemudian hanya membentuk Yogjakarta Mural Society yang bisa mewadahi komunitas mural di Yogjakarta.
Sumber :
http://www.geoklik.com/14595/seni-lukis-dinding-seni-lukis-mural/
Sumber :